Stress Berat (ASD)

DEFINISI

Gangguan Stress berat biasanya muncul satu bulan setelah individu mengalami atau melihat kejadian yang mengancam atau mematikan, cedera parah, kekerasan fisik pada individu atau lainnya, dan meresponnya dengan perasaan mendalam atau ketakutan, ketidakmampuan atau rasa takut. Diagnosis ditujukan untuk mengenali individu yang akan mengalami gangguan stress pasca-trauma. sebagaimana terjadi pada perang dunia pertama yang kemudian dikenal dengan istilah "shell shock", dimana ada kesamaan reaksi diantara para tentara yang menderita gegar otak disebabkan ledakan bom atau ranjau dan penderitaan mereka mempengaruhi sistem sarafnya . Orang sipil juga bisa mengalami hal yang sama, Gangguan stress berat (Acute Stress Disorder) akan terlihat dalam waktu singkat, individu akan memperlihatkan gejala gangguan stress pasca trauma (post-traumatic stress disorder) setelah trauma terjadi.

Trauma memiliki definisi medis dan kejiwaan. secara medis trauma berarti cedera, luka, atau shock fisik yang serius atau parah. definisi ini sering digabungkan dengan pengobatan trauma yang dipraktekan dalam ruang gawat darurat dan mewakili pandangan terkini. secara kejiwaan trauma diasumsikan sebagai sebuah arti yang berbeda dan berarti sebuah pengalaman secara emosi yang menyakitkan, distress, dan mengejutkan, dimana biasanya menghasilkan efek mental dan fisik yang mendalam.

Trauma secara kejiwaan, atau kekerasan emosi, intinya respon normal pada sebuah peristiwa yang ekstrim. dimana melibatkan pencitraan memori emosional tentang peristiwa distress yang tersimpan sangat dalam di otak. secara umum, hal ini dipercaya semakin sering terlibat langsung dengan tekanan, semakin besar kemungkinan terjadi kekerasan emosi. sebagaimana ketika terjadi penembakan di sekolah, sebagai contoh tentunya; murid murid yang melihat temannya tertembak atau terbunuh secara emosi akan terpengaruh daripada murid lain yang tidak melihat ketika pelanggaran itu terjadi. akan tetapi ada kemungkinan, sehingga dengan alasan ini semua anak anak dan orang dewasa yang terlibat kekerasan atau bencana bahkan hanya melihatnya melalui media cetak, harus diawasi akan adanya disstress emosional.

Gejala/ Symptom

untuk mendiagnosa gejala ASD (Acute stress disorder), gejala berlangsung minimal dua hari sampai 4 minggu selama satu bulan pasca trauma terjadi.

seseorang bisa digambarkan memiliki gejala ASD jika gejala gangguan mental lain tidak bisa menjelaskan gejala yang dialami. jika gejala itu muncul setelah satu bulan maka diagnosa berubah menjadi PTSD (post-traumatic stress disorder).

gejala gejala yang menyertai:

- respon emosi yang kurang, rasa kesemutan atau mati rasa.
- Kurang peka pada keadaan sekitar
- Rasa mengawang
- tidak percaya diri atau merasa menjadi bukan diri sendiri.
- ketidakmampuan mengingat kejadian/ trauma
- meningkatnya kecemasan dan kesulitan tetap terjaga atau susah tidur.
- kesulitan merasakan kenikmatan
- pengulangan rasa mengalami kejadian dengan pencitraan atau pikiran, mimpi, ilusi, kilas balik.
- selalu menghindar dari tekanan pikiran, emosi, pembicaraan, keramaian yang mengingatkannya pada trauma.
- merasakan stress dengan fungsi-fungsi; social dan keahlian yang dipasangkan dengan afeksi kemampuan pasien, dalam pertanyaan dan keperluan perawatan.


Penyebab

ketika rasa takut atau kejadian yang mengancam datang, manusia pasti akan bereaksi untuk menyelamatkan diri: siap tempur atau kabur (fight or flight response). respon stress akut semuanya terlalu familiar. semuanya dapat ditandakan melalui detak jantung, tekanan darah, keringat, metabolisme tubuh, dan tekanan otot. cardiac yang menegang dan metabolisme yang cepat adalah inti untuk kita mengambil tindakan. penjelasan ini adalah bagian dari penyebab gangguan kecemasan. Beberapa dekade yang lalu, pembatasan respon stress berat sebagai sebuah model untuk mengerti kecemasan mulai bermunculan. pembatasan yang paling jelas dan terlihat tentang respon stress berat berhubungan dengan penyebab dari pada kecemasannya. kecemasan lebih dalam dari pada penyebab terjadinya dalam beberapa sisi: pertama, kecemasan, lebih memperhatikan tentang penyebab kecemasan itu sendiri (stressor) yang melebihi kapasitas realistik. kedua, kecemasan seringkali diasosiasikan dengan elaborasi mental dan aktivitas tingkah laku yang dirancang untuk menghindari tanda tidak menyenangkan dari kecemasan berlebihan atau panik dadakan. ketiga, kecemasan biasanya lebih awet dari pada penyebab terjadinya. keempat, kecemasan dapat berujung tanpa terlihat dari stressor eksternal. faktor kognitif, khususnya adalah cara orang menafsirkan atau berpikir tentang kejadian yang menekan, memainkan peranan penting dalam etiology (ilmu yang mempelajari tentang asal usul penyakit) kecemasan. faktor lainnya adalah persepsi individu, yang dapat menjaga atau memperparah respon. salah satu kognisi negatif dalam kecemasan adalah rasa tidak dapat mengontrol keadaan. hal ini sejalan dengan keadaan tidak tertolong pada ketidakmampuan untuk memprediksi, mengendalikan atau mendapatkan hasil yang diinginkan. hal ini yang disadari merupakan salah satu faktor penyebab gangguan kecemasan sebagai gangguan stress berat.

Perawatan

Cognitive Behavioral Therapy (CBT) adalah perawatan yang sangat cocok untuk ASD. Theraphy ini mempunya dua componen: pertama, menolong merubah pola pikir, atau pemikiran yang ada setelah peristiwa trauma. Kedua, mencoba mengurangi situasi kecemasan dalam keadaan yang mengundang.

CBT tidak hanya menahan gejala dari ASD, tapi juga mencegah seseorang dari gejala PTSD. seseorang yang didiagnosa memiliki ASD juga memiliki potensi PTSD akan tetapi setelah melalui CBT kemungkinan akan mengecil menjadi 20%.

Konsultasi Psikologi dan Grup manajemen kecemasan adalah bentuk lain yang termasuk dalam terapi. dalam konsultasi psikologi akan melibatkan terapi berjangka setelah trauma dan individu bisa "membicarakan semuanya". Dalam Grup Manajemen kecemasan, orang-orang mensharing bagaimana cara melawan kecemasan bersama. bagaimanapun kedua terapi tersebut telah terbukti tidak efektif untuk perawatan ASD.

Komentar